Vibrio sp




KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “BAKTERI VIBRIO SP”.
Makalah ini berisikan tentang informasi macam-macam bakteri vibrio sp. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang klasifikasi, nama penyakit dan cara infeksi bakteri vibrio sp.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.




Bekasi,         April  2013

  Penyusun



DAFTAR ISI
Kata pengantar        ............................................................ 01
Daftar isi                  ............................................................. 02
Pendahuluan             ........................................................... 03
Isi                                ...........................................................           
A.       Klasifikasi vibrio sp .......................................................... 04
B.        Morfologi  .......................................................................... 05
C.        Sifat biokimia atau fisiologis  .......................................... 05
D.       Sifat patogenitas ................................................................ 08
E.         Tes kultur dan identifikasi ............................................... 09
F.          Cara infeksi dan nama penyakit ..................................... 14
Daftar Pustaka          .......................................................... 15








PENDAHULUAN
Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besar juga bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰.
Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan.
Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia.
Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan, dan secara tidak langsung bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan dikonsumsi oleh manusia, sehingga menyebabkan penyakit pada manusia.






A.   KLASIFIKASI Vibrio Sp
Kingdom : Bacteria
Phylum    : Proteobacteria
Divisi       : Eubacteri
Class        : Gamma proteobacteria
Ordo         : Vibrionales
family       : Vibrionaceae
Genus        : Vibrio
Spesies :          Vibro anguillarum                   Vibrio vulnificus
Vibrio salmonicida                  Vibrio hollisae
Vibrio alginolyticus                 Vibrio damsel
Vibrio cholera                         Vibrio fluvialis
Vibrio parahaemolyticus         Vibrio mimicus









B.   https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjljGCbujO9bTrE4bNtPRJy-AMXUvvuwRcjP6hA-Dkcf-QvtO4VJBxEVaiSrc-hvLzLcSjHlr0kIkK7dzaiE4pc-yBQq51rycwNOLds9X7hO37Zbh7CELo5cbJVs0aycu8F16Lq-PL8H6V8/s1600/b.pngMORFOLOGI
Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0.
Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang yang melengkung dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel.

C.   SIFAT BIOKIMIA ATAU FISIOLOGIS
Pada biakkan, dapat dilihat bahwa Vibrio membentuk koloni yang cembung (convex), bulat, smooth, opak, dan tampat bergranula bila diamati dibawah sinar cahaya.
Bersifat halofilik dan dapat tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰ tetapi tidak tahan asam sehingga bakteri Vibrio dapat tumbuh pada pH 4 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 . Vibrio juga bersifat aerob atau anaerob facultative yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen.
Sifat biokimia Vibrio adalah dapat meragikan sukrosa, glukosa, dan manitol menjadi asam tanpa menghasilkan gas, sedangkan laktosa dapat diragikan tetapi lambat.Vibrio juga dapat meragikan nitrat menjadi nitrit. Pada medium pepton (banyak mengandung triptofan dan nitrat) akan membentuk indol, yang dengan asam sulfat akan membentuk warna merah sehingga tes indol dinyatakan positif.
Hasil uji biokimia dari bakteri Vibrio antara lain adalah hasil positif pada uji oksidase dan katalase. Pada uji indol Vibrio menunjukan hasil positif dan bersifat motil. Selain itu, pada uji fermentasi sukrosa dan manitol bakteri Vibrio juga memberi hasil positif yaitu dapat melakukan fermentasi sukrosa dan manitol, namun pada uji laktosa didapat hasil negatif yaitu tidak dapat memfermentasikan laktosa.
Sementara itu, bila diujikan pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), hasil yang muncul adalah bagian atas (slant) menunjukan warna merah yang berarti bersifat basa, dan bagian bawah (butt) berwarna kuning yang berarti bersifat asam, dan tidak terbentuk H2S. Uji lisin dekarboksilasi terhadap Vibrio juga menunjukkan hasil positif berupa warna ungu, uji NaCl 0% memberi hasil positif berupa kekeruhan yang tinggi, NaCl 6% dengan hasil bervariasi, dan NaCl 8 % dengan hasil negatif (kekeruhan rendah). Pada uji arginin dihidrolase dan esculin hidrolisis Vibrio akan memberikan hasil negatif, sedangkan pada uji ornitin dekarboksilase Vibrio akan memberi hasil positif.
Dari hasil penelitian terhadap isolat bakteri Vibrio sp, ditemukan enam spesies bakteri patogen Vibrio sp, yaitu :
a. Vibrio Anguillarum
Mempunyai ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red dan H2S negatif.
b. Vibrio alginolyticus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif.
c. Vibrio cholera
Mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
Vibrio cholera menimbulkan penyakit cholera asiatica. Masa inkubasi dari 5 jam sampai beberapa hari.


d. Vibrio salmonicida
Mempunyai ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
e. Vibrio vulnificus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan, laktosa bersifat negatif.
Vibrio vulnificus dapat menyebabkan infeksi luka parah, bekteremia, dan mungkin gastroenteritis. Bakteremia dengan infeksi yang tidak focus terjadi pada orang yang memakan tiram yang terinfeksi dan orang yang gemar minum alcohol atau berpenyakit hati.
Luka bisa menjadi terinfeksi pada orang normal atau yang imunokompromistik yang berhubungan dengan air dimana bakteri terdapat. Proses infeksi seringkali terjadi dengan cepat, dengan perkembangan penyakit yang parah. Sekitar 50% pasien dengan bakteremia meninggal.
f. Vibrio parahaemolyticus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna hijau tua. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, methyl red dan H2S bersifat negatif.
Vibrio parahaemolyticus (Vp) merupakan bakteri halofilik Gram negatif, yang menyebabkan gastroenteritis akut sebagai akibat makan makanan seafood yang terkontaminasi seperti ikan mentah atau kerang. Setelah periode inkubasi selama 12 – 24 jam, terjadi mual dan muntah, kram perut, demam dan diare air dan darah. Lekosit pada feces sering terlihat. Enteritis cenderung sembuh sendiri dalam 1 – 4 hari tanpa pengobatan, selain restorasi air dan keseimbangan elektrolit. Enterotoksin yang di isolasi dari organisme. Bakteri ini tumbuh pada kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5 – 43°C,pH 4.8 – 11 dan aw 0.94 – 0.99.
D.    SIFAT PATOGENITAS
Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara eksperimen dapat juga menginfeksi hewan. Hewan laut yang telah terinfeksi Vibrio khususnya Udang, akan mengalami kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu makan hilang, badan mempunyai bercak merah-merah (red discoloration) pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat menyala. Udang yang terkena vibriosis akan menunjukkan gejala nekrosis. Serta bagian mulut yang kehitaman adalah kolonisasi bakteri pada esophagus dan mulut.
Vibrio tidak bersifat invasif, yaitu tidak pernah masuk kedalam sirkulasi darah tetapi menetap di usus sehingga dapat menyebabkan gastritis pada manusia. Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Vibrio menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas, musinase, dan eksotoksin. Toksin diserap dipermukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida sehingga menghambat absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit, terjadilah kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba). Kematian dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar.
Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup, yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan toksin. Produksi toksin oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare berair yang merupakan gejala penyakit ini. Proses ini dapat dibuktikan dengan pemberian viseral antibodi. Bila terjadi dehidrasi, maka diberikanlah cairan elektrolit. Immunitas pasif dapat dilakukan dengan memberikan viseral antibodi dan viseral antitoksin yang dapat mengurangi cairan tanpa mematikan kuman.
Vibrio jenis lain juga dapat menghasilkan soluble hemolysin yang dapat melisiskan sel darah merah. Struktur antigen Vibrio baik yang patogen maupun nonpatogen memiliki antigen-H tunggal yang sejenis dan tidak tahan panas. Antigen-H ini sangat heterogen dan juga banyak terjadi overlapping dengan bakteri lain. Gartnor dan Venkatraman membagi antigen-O Vibrio menjadi grup O1-O6. Yang patogen bagi manusia adalah grup O1 dari Vibrio coma. Antibodi terhadap antigen-O bersifat protektif sehingga Ogawa, Inaba, dan Hikojima membagi tiga serotip yang mewakili tiga faktor gen yaitu A, B, dan C. Serotip Hikojima atau serotip ketga merupakan campuran antara Ogawa dan Inaba

Pada Vibrio parahaemolyticus gejala berlangsung sampai 10 hari, rata-rata 72 jam. Sumber penularannya adalah melalui air, makanan, dan minuman yang terkontaminasi oleh lalat. Serta hubungan antar manusia, yaitu orang yang sedang sakit, orang yang telah sembuh dari penyakit, dan orang yang tidak pernah sakit tetapi membawa bibit penyakit atau healthy carrier. Penyebarannya juga bisa melalui air yang tercemar, bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Bakteri Vibrio yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar tubuh dengan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus dan sebagainya.
Dampak langsung bakteri patogen dapat menimbulkan penyakit, parasit, pembusukan DNA toksin yang dapat menyebabkan kematian biota yang menghuni perairan tersebut.Jika semua ikan dan hewan laut mati atau terkena vibriosis, maka akan menyebabkan penyakit bagi manusia yang memakannya dengan gejala awal seperti mual, muntah, diare, dan kejang perut sehingga bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektorlit secara berlebihan, dehidrasi, kolaps sirkulasi, dan anuri. Penyakit ini biasanya hanya dianggap sebagai diare biasa dan masyarakat hanya menganggap remeh serta tidak ditindaklanjuti atau tidak segera diobati sehingga dapat didapatkan angka kematian tanpa pengobatan sebanyak 25-50%. Di Jepang, 5% diare disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus.








E.     TES KULTUR DAN IDENTIFIKASI
Pemeriksaan di Laboratorium perlu dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab atau sumber utama dari penyakit yang diderita seorang pasien. Adapun cara pemeriksaannya adalah dengan tes kultur dimana bakteri dapat tumbuh dengan baik dan dengan cara mengidentifikasi spesies apa yang menyerang pasien agar dapat diberikan antibiotik yang tepat untuk menyembuhkannya.
Sebelum dilakukan tes kultur atau perbenihan, kita harus mengetahui dulu media apa yang cocok untuk bakteri ini. Untuk itu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yaitu dengan pembuatan preparat bakteri dengan pewarnaan Gram.
1.      Pewarnaan Gram
·         Metode : Christian Gram
·         Prinsip : Membedakan bakteri Gram positif dengan Gram negatif yaitu apabila bakteri berwarna ungu, maka Gram Positif, sedangkan bila bakteri berwarna merah maka Gram negatif.
·         Alat dan Bahan : a. Objeck glass                              b. Kapas alcohol
                  c. Bunsen                                      d. Ose
      e. Bahan pewarnaan Gram
·         Spesimen : faeces atau muntahan
·         Cara kerja :
1)      Meja kerja dibersihkan dengan desinfektan, alat dan bahan disiapkan
2)      Cuci tangan sebelum bekerja.
3)      APD dikenakan.
4)      Objeck glass dibersihkan dengan kapas alcohol.
5)      Spesimen dibuat sediaan diatas objeck glass dengan menggunakan ose dan dikerjakan didekat nyala Bunsen lalu dikeringkan
6)      Setelah kering, difiksasi 3 – 4 kali.
7)      Digenangi dengan larutan Gentian violet selama satu menit, kemudian dibilas dengan air mengalir.
8)      Digenangi dengan lugol selama satu menit, kemudian dibilas dengan air mengalir.

9)      Digenangi dengan alcohol 96% selama 10 – 20 detik, kemudian dibilas dengan air mengalir.
10)  Digenangi dengan larutan Safranin selama 15 detik, kemudian dibilas dengan air mengalir.
11)  Preparat dibiarkan kering udara.
12)  Diperiksa dibawah lensa objektif 100x atau dengan perbesaran 1000x dengan ditambahkan immersion oil.
·         Hasil : Bakteri Gram negatif dengan morfologi batang bengkok.




2.      TES KULTUR
Dari hasil yang didapat, sumber penyakit dari pasien adalah bakteri Gram negatif batang bengkok. Untuk pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan uji coba dengan tes kultur yaitu penanaman bakteri pada suatu media agar dapat dibedakan jenis bakteri yang satu dengan yang lainnya berdasakan hasil reaksinya terhadap bahan dalam media tersebut.
Jika media yang digunakan sesuai dengan kebutuhan bakteri, maka bakteri dapat melakukan pertumbuhan dengan baik. Karena sudah diketahui bahwa sifat dari bakteri yang diperiksa adalah Gram negatif dengan morfologinya batang bengkok, maka dapat disimpulkan bahwa bakteri tersebut adalah Vibrio. Untuk mempertegas hasil, media yang digunakan adalah TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose) karena mengandung garam yang tinggi dan brilliant yang selektif untuk bakteri Vibrio serta mengandung sukrosa sehingga membedakan V. cholerae dan V. parahaemolythicus. Media BA (Blood Agar) juga dipergunakan untuk bakteri V. parahaemolythicus yang bersifat hemolitik atau membutuhkan darah untuk pertumbuhannya.


Adapun cara atau teknik untuk mengkultur yaitu :
·         Alat dan Bahan :       a. Ose              b. Bunsen
c. Inkubator     d. Media TCBS dan BA
·         Spesimen : faeces atau muntahan
·         Cara Kerja :
1)      Meja kerja dibersihkan dengan desinfektan, alat dan bahan disiapkan
2)      Cuci tangan sebelum bekerja.
3)      APD dikenakan.
4)      Ose dipijarkan diatas nyala bunsen hingga membara.
5)      Tutup dibuka kemudian leher media dipanaskan.
6)      Spesimen diambil sebanyak satu sampai dua mata ose dengan ose yang dingin kemudian dipindahkan ke media dan dilakukan penyetrikkan.
7)      Semua pekerjaan dilakukan didekat api atau nyala Bunsen.
8)      Ose dipijarkan kembali sebelum diletakkan.
9)      Media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37?C.
·         Hasil :
a.       Media TCBS

    V. cholerae V. parahaemolythicus



b.      Media BA
     
         V. parahaemolythicus









E. CARA INFEKSI
1. Seseorang bisa mendapatkan kolera dengan minum air atau makan makanan tercemar dengan Vibrio sp. Sumber kontaminasi vibrio, selama epidemi, biasanya tinja orang yang terinfeksi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di daerah dengan pengobatan yang tidak memadai limbah dan air minum.
2. Vibrio sp juga dapat hidup dalam lingkungan payau (air asin) sungai dan perairan pesisir. Ketika dimakan mentah, kerang telah menjadi sumber bakteri Vibrio cholerae, dan beberapa orang di Amerika Serikat terjangkit kolera setelah makan kerang mentah atau kurang matang dari Teluk Meksiko.
3. Karena Vibrio sp tidak mungkin menyebar langsung dari satu orang ke orang lain, kontak biasa dengan penderita tidak risiko untuk menjadi sakit.
4. Setelah Vibrio sp yang tertelan, bakteri perjalanan ke usus kecil di mana mereka mulai berkembang biak. Penyebab utama diare berair, gejala kolera karakteristik, adalah ketika Vibrio sp mulai memproduksi racun mereka.
5. Dalam rangka mengembangkan gejala kolera, seseorang perlu menelan banyak Vibrio. Jumlah yang dibutuhkan menurun pada mereka yang menggunakan antasida (atau siapa yang baru saja dimakan makan), ketika asam di lambung dinetralkan.
6. Penyakit dapat menyebar lebih lanjut jika orang yang terinfeksi mulai menggunakan sumber air kotor untuk membersihkan diri mereka sendiri dan untuk buang dari limbah.







F. PENCEGAHAN PENYAKIT KOLERA
1.Direbus atau hanya minum air murni
2.Hindari makan makanan mentah
3.Hindari makan makanan mentah dan kerang
4.Hindari salad
5.Sanitasi dan sistem pemurnian air yang akan dimonitor
6.Sayuran dan buah-buahan harus dicuci dengan larutan kalium permanganat


DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 analis kesehatan l indah dwi oktaviani. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates